Senin, 16 Maret 2009

Bibit (Sumber) dari Segala sesuatu

Diriwayatkan bahwa Kaisar Romawi menulis surat kepada Ma'awiyah binAbi Sufyan yang dibawa oleh seorang utusan. Isi surat tersebut:"Beritahukan kepada saya tentang suatu yang tidak ada kiblatnya(pengimaman), tentang yang tidak punya ayah, tidak punya keluarga(ibu-bapak) dan orang yang dibawa-bawa oleh kuburannya. Juga tentangtiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim, tentang sesuatu,setengahnya dan yang tidak terbilang. Kirimlah kepadaku dalam botolsuatu bibit (sumber dari segala sesuatu)".

Ma'awiyah r.a. kemudian mengirimkan surat dan botol tersebut kepadaAbdullah Ibnu Abbas r.a., pakar dan tokoh ulama fikih agar menjawabsurat itu.

Ibnu Abbas r.a. menjawab sebagai berikut: "Yang tidak punya kiblat(pengimaman) adalah Ka'bah. Yang tidak punya Ayah adalah Isa as. Yangtidak punya keluarga (ayah-ibu) ialah Adam as. Yang dibwa-bawa olehkuburannya ialah Yunus as yang ditelan oleh ikan hiu.

Adapaun tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim ialah domba NabiIbrahim as., unta betina Nabi Saleh as., dan ular Nabi Musa as..

Adapun 'sesuatu' itu ialah orang berakal yang menggunakan akalnya.Setengah (separo) dari sesuatu ialah orang yg tidak berakal tetapimengikuti pendapat orang-orang yang berakal. Adapun yang tidakterbilang (apa-apa) ialah orang yang tidak berakal dan tidak maumengikuti pikiran orang-orang yang berakal.

Kemudian, beliau mengisi botol sehingga penuh dengan air dan berkata,"Air adalah bibit (sumber) dari segala sesuatu."

Jawaban surat Ma'awiyah dikirimkan kepada Kaisar yang menanggapinyadengan penuh kekaguman.

Bidadari untuk Umar r.a.

Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.

Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".

Rabu, 11 Maret 2009

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat


Beranjak Dari kehidupan ini, manusia lahir dan tumbuh berkembang, hidup kemudian mati sesuai takdir Allah yang Maha Kuasa, yang kemudian menjadi catatan sejarah yang kadang pun manusia tiada belajar dari sejarah itu. Berapa banyak manusia yang menutup lembaran kehidupannya dengan sia-sia dan tiada guna di akhirat, berapa banyak pula kisah-kisah yang disodorkan kepada kita melalui kalam-Nya yang mulia, terkadang pun kita sebagai manusia lengah dan lupa akan hal itu pula.

Lupa itu wajar, karena itulah dinamakan manusia karena sifat lupanya. Namun, tidak ada alasan bagi seorang muslim menyandarkan segala kesalahannya pada kelupaan. Karena lupa bisa tidak sengaja atau justru sengaja. Yanng pertama mendapat uzur (keringanan), tetapi yang kedua, jujur inilah yang sering kita lakukan, maka tidak aa keringanan padanya.

Agar kehidupan kita tidak dijejali dengan hal yang sia-sia yang berbuah penyesalan, maka hendaknya kita mencari "guru" yang senantiasa dapat menjadi pengingat kita disaat kita lupa beramal. Karena guru adalah telaga yang senantiasa memberikan nasihat disaat kita lupa. Dan agar lebih Maksimal lagi hasilnya, maka hendaknya kita mencari guru yang terbaik yang dapat hadir setiap waktu tanpa kita perlu janjian terlebih dahulu, yang ia pamrih tanpa berharap terima kasih, malah kalau bisa dia justru mendatangkan keunttungan bagi kita.

Untuk mendapatkan jawaban atas pencarian kita simak sabda Rasulullah Saw berikut:
"Suatu hari seorang Anshar datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya kepada beliau Saw, 'Mukmin manakah yang paling cerdas?'
Beliau menjawab, 'Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yanng cerdas.'" (HR. Ibnu Majah no. 4259)

Ya benar...mengingat kematian adalah jawaban atas pencarian kita. Bila kita ingin dinobatkan sebagai seorang muslim yang cerdas yang tidak bodoh dan pelupa, maka jadikanlah kematian sebagai guru kita.

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Ia adalah guru yang terbaik, bisa hadir setiap waktu, mengingatkan tanpa pamrih, bahkan bisa memberikan keuntungan bagi kita, karena mengingatkan kematian berarti ibadah yang berbuah pahala. Tinggal sisanya adalah kemauan kita untuk menghadirkannya setiap saat.

Mengingat kematian bukan hanya pada soal bagaimana kita mati dan apa yang terjadi setelah mati, namun kematian juga memberikan banyak pelajaran, mampu membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkakan guru kematian begitu banyak dan menarik, bahkan menentramkan. Diantaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
(dari majalah Gerimis Edisi 6, Thn 3. Juni 2008)